Jakarta:Pemerintah Malaysia, melalui Menteri Besar Tan Abdul Khalid Ibrahim, mendesak mantan Menteri Penerangan Tan Sri Zainuddin Mydin meminta maaf kepada Indonesia atas perkataannya yang menghina mantan presiden B.J. Habibie.
"Kenyataan demikian boleh menjejaskan(menegaskan,red) ikatan dua hal yang kuat antara Malaysia dengan Indonesia dan rakyat kedua negara. Kita mau menegaskan penulisan Zainuddin tak mewakili pendirian rakyat Malaysia," kata Khalid dalam pernyataan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Kerajaan Selangor mendesak media Utusan Malaysia dan Zainuddin segera meminta maaf kepada Habibie dan seluruh rakyat Indonesia sebelum isu ini menjadi lebih buruk.
Khalid mengatakan, Kerajaan Selangor kecewa dengan artikel yang diterbitkan Utusan Malaysia terkait penghinaan terhadap Habibie. Menurut dia, Indonesia dan Malaysia adalah sahabat yang mempunyai ciri sama, termasuk sejarah, budaya, dan agama.
"Ini adalah salah satu sebab mengapa Selangor mengundang Habibie untuk berbagi pengalaman dan pemikiran dalam melaksanakan kerja-kerja reformasi negeri serta memperbaiki proses pendemokrasian," tambahnya.
Pekan kemarin, presiden ketiga Indonesia itu berada di Selangor selama dua hari sebagai tamu resmi Kerajaan guna memberikan ucapan selamat kepada sebuah universitas di negara itu.
Namun, kunjungan Habibie oleh Zainuddin Mydin dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap oposisi Anwar Ibrahim, dengan menyebut mereka sebagai "Dog of Imperialism".
"Beliau disingkirkan setelah menjadi Presiden Indonesia hanya selama satu tahun lima bulan kerana bersetuju dengan desakan Barat, supaya mengadakan pungutan suara ke atas penduduk Timor Timur dalam wilayah Indonesia menyebabkan Timor Timur terkeluar daripada Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 30 Ogos(Agustus,red) 1999," tuding Zainuddin.
Dia menambahkan, "Beliau mengakhiri jawatan dalam kehinaan setelah menjadi presiden sejak 20 Oktober 1999. Beliau juga telah menyebabkan berlakunya perpecahan rakyat Indonesia kepada 48 parti politik yang mengakibatkan keadaan politik negara itu dalam porak-peranda hingga kini."
Artikel tersebut mendapat kecaman dari banyak pihak, termasuk DPR yang melayangkan protes keras terhadap PM Malaysia Mohammad Najib Tun Razak.
"Kenyataan demikian boleh menjejaskan(menegaskan,red) ikatan dua hal yang kuat antara Malaysia dengan Indonesia dan rakyat kedua negara. Kita mau menegaskan penulisan Zainuddin tak mewakili pendirian rakyat Malaysia," kata Khalid dalam pernyataan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Kerajaan Selangor mendesak media Utusan Malaysia dan Zainuddin segera meminta maaf kepada Habibie dan seluruh rakyat Indonesia sebelum isu ini menjadi lebih buruk.
Khalid mengatakan, Kerajaan Selangor kecewa dengan artikel yang diterbitkan Utusan Malaysia terkait penghinaan terhadap Habibie. Menurut dia, Indonesia dan Malaysia adalah sahabat yang mempunyai ciri sama, termasuk sejarah, budaya, dan agama.
"Ini adalah salah satu sebab mengapa Selangor mengundang Habibie untuk berbagi pengalaman dan pemikiran dalam melaksanakan kerja-kerja reformasi negeri serta memperbaiki proses pendemokrasian," tambahnya.
Pekan kemarin, presiden ketiga Indonesia itu berada di Selangor selama dua hari sebagai tamu resmi Kerajaan guna memberikan ucapan selamat kepada sebuah universitas di negara itu.
Namun, kunjungan Habibie oleh Zainuddin Mydin dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap oposisi Anwar Ibrahim, dengan menyebut mereka sebagai "Dog of Imperialism".
"Beliau disingkirkan setelah menjadi Presiden Indonesia hanya selama satu tahun lima bulan kerana bersetuju dengan desakan Barat, supaya mengadakan pungutan suara ke atas penduduk Timor Timur dalam wilayah Indonesia menyebabkan Timor Timur terkeluar daripada Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 30 Ogos(Agustus,red) 1999," tuding Zainuddin.
Dia menambahkan, "Beliau mengakhiri jawatan dalam kehinaan setelah menjadi presiden sejak 20 Oktober 1999. Beliau juga telah menyebabkan berlakunya perpecahan rakyat Indonesia kepada 48 parti politik yang mengakibatkan keadaan politik negara itu dalam porak-peranda hingga kini."
Artikel tersebut mendapat kecaman dari banyak pihak, termasuk DPR yang melayangkan protes keras terhadap PM Malaysia Mohammad Najib Tun Razak.
Posting Komentar