Jakarta:Memerankan tokoh sekaliber Presiden BJ Habibie dalam sebuah film bukanlah perkara mudah bagi aktor Reza Rahadian. Bahkan, Ia sempat dikritik sang tokoh nyata, gara-gara dinilai tak pas menjiwai sosok presiden ke-3 Republik Indonesia itu.
"Adegan pada saat trailer merupakan tes kamera yang pertama. Dia (Habibie) komentar pedas saat itu karena mungkin interpretasi saya masih terlalu general," ujar lelaki kelahiran Jakarta, 5 Maret 1987 itu dalam jumpa pers di Jakarta, Ahad (9/12).
Kritikan tersebut ternyata menjadi cambuk keras baginya. Reza meresponnya dengan lebih mendalami karakter Habibie lebih dalam. Pendalaman dilakukan dengan berdiskusi dan mengamati gerak-gerik mantan menristek itu secara langsung.
Habibie sendiri selalu mengawal syuting dengan ikut berada di lokasi selama proses dilakukan.
"Terlalu banyak kesulitannya, terutama bagaimana mempersonifikasi dia. Cara bicaranya sangat spesifik, unik dan otentik menurut saya," cetus aktor peraih pemeran utama terbaik FFI 2010 ini.
Ia juga menilai sosok Habibie bukan sebagai tokoh aristrokat maupun pejabat yang suka jaga wibawa, melainkan orang yang sangat ekspresif.
Sikap cinta tanah air yang diperlihatkan Habibie menginspirasi Reza untuk selalu berbuat sesuatu demi negeri. Hal itu, sambung Reza, diharapkan dimiliki banyak pemuda.
"Mereka yang punya semangat memajukan bangsa terkadang tidak diapresiasi oleh bangsanya sendiri. Industri kreatif yang membuat karikatur dan kartun baru dihargai setelah dia diakui di luar negeri. Ini adalah hal yang sensitif," cetusnya.
Setelah proses produksi selesai, tiba waktu bagi Reza memperoleh penilaian akhir dari Habibie. Ia menuturkan, Habibie menyaksikan preview filmnya pertama kali bersama Hanung Brahmantyo, sang sutradara, dan Manoj Punjabi sebagai produsernya.
Reza sendiri tak diperkenankan menyaksikan hasil akhir film tersebut sebelum ditayangkan perdana pada 19 Desember 2012 mendatang. Tak dinyana, Habibie memberikan penghargaan tinggi bagi aktingnya setelah menonton dilm tersebut.
"Setelah keluar bioskop, dia bilang sama saya, "Suma Cum Laude untuk Reza," tutur Reza bangga.
"Adegan pada saat trailer merupakan tes kamera yang pertama. Dia (Habibie) komentar pedas saat itu karena mungkin interpretasi saya masih terlalu general," ujar lelaki kelahiran Jakarta, 5 Maret 1987 itu dalam jumpa pers di Jakarta, Ahad (9/12).
Kritikan tersebut ternyata menjadi cambuk keras baginya. Reza meresponnya dengan lebih mendalami karakter Habibie lebih dalam. Pendalaman dilakukan dengan berdiskusi dan mengamati gerak-gerik mantan menristek itu secara langsung.
Habibie sendiri selalu mengawal syuting dengan ikut berada di lokasi selama proses dilakukan.
"Terlalu banyak kesulitannya, terutama bagaimana mempersonifikasi dia. Cara bicaranya sangat spesifik, unik dan otentik menurut saya," cetus aktor peraih pemeran utama terbaik FFI 2010 ini.
Ia juga menilai sosok Habibie bukan sebagai tokoh aristrokat maupun pejabat yang suka jaga wibawa, melainkan orang yang sangat ekspresif.
Sikap cinta tanah air yang diperlihatkan Habibie menginspirasi Reza untuk selalu berbuat sesuatu demi negeri. Hal itu, sambung Reza, diharapkan dimiliki banyak pemuda.
"Mereka yang punya semangat memajukan bangsa terkadang tidak diapresiasi oleh bangsanya sendiri. Industri kreatif yang membuat karikatur dan kartun baru dihargai setelah dia diakui di luar negeri. Ini adalah hal yang sensitif," cetusnya.
Setelah proses produksi selesai, tiba waktu bagi Reza memperoleh penilaian akhir dari Habibie. Ia menuturkan, Habibie menyaksikan preview filmnya pertama kali bersama Hanung Brahmantyo, sang sutradara, dan Manoj Punjabi sebagai produsernya.
Reza sendiri tak diperkenankan menyaksikan hasil akhir film tersebut sebelum ditayangkan perdana pada 19 Desember 2012 mendatang. Tak dinyana, Habibie memberikan penghargaan tinggi bagi aktingnya setelah menonton dilm tersebut.
"Setelah keluar bioskop, dia bilang sama saya, "Suma Cum Laude untuk Reza," tutur Reza bangga.
Posting Komentar