.jpg)
"Tidak benar bahwa bayi yang diberi susu formula akan 100 persen mengalami gangguan jiwa. Itustatement tidak berdasar dan tidak ada landasan ilmiahnya," kata Sekretaris 1 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim B Yanuarso.
Dokter Piprim juga menjelaskan, bahwa tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh beberapa aspek, seperti nutrisi, pola pengasuhan dan juga stimulasi. Ketika seorang bayi diberi ASI dan susu formula, tumbuh kembangnya akan tetap baik selama diberikan kasih sayang dan stimulus yang baik juga. Sehingga anak merasa aman.
Hal tersebut juga dibenarkan dr. Yuli Kristyanto dari Yogyakarta, yang mengatakan bahwa seorang ibu yang mengalami ganguan cemas dan depresi atau ibu dengan gangguan eksternalisasi (perilaku disruptif atau agresif), mungkin akan mengalami gangguan dalam proses menyusui serta pola asuh anaknya. Kadangkala, melalui peran genetik dan atau lingkungan asuh, gangguan yang dialami ibu tersebut dapat juga diturunkan kepada anaknya.
"Mungkin juga anak-anak yang dalam usia follow-up mengalami gangguan perilaku, ternyata memang sejak bayi sudah memiliki kelainan. Gangguan perilaku tersebut bisa nampak ketika seorang bayi sulit menyusu, sehingga ia tidak dapat menyusu penuh selama enam bulan," jelas dr. Yuli Kristyanto.
Dengan mempertimbangkan berbagai hal yang telah dijelaskan di atas, maka terjadinya gangguan psikologis pada tumbuh kembang anak tidak bisa berdasarkan pada satu hal saja. Termasuk pendapat bahwa, menyusui kurang dari enam bulan dan menggunakan susu formula merupakan penyebab utama gangguan perilaku pada anak.
Tapi, ASI tetaplah yang paling bagus dan ideal bagi bayi. Anak yang mendapatkan ASI eksklusif pastilah memiliki banyak kelebihan dibandingkan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
Posting Komentar